Sejarah

Sejarah Singkat Greja Kristen Jawi Wetan Jemaat Bululawang

Sekitar tahun 30-an di desa Kendalpayak – kec Pakisaji sudah ada Pusat Pendidikan Kristen yang dipimpin Pendeta Belanda bernama D.LUWERIER.   Tidak diketahui apa sebabnya orang-orang Kristen dipindahkan ke Pasamuwan Suwaru, Wonorejo, Sitiarjo, sehingga Kendalpayak dalam keadaan kosong. 

Namun, masih ada satu keluarga yang tinggal di Bululawang yaitu Bapak Purwo.

Pada tahun 1934 keluarga Bapak Sedyardjo pindah dari Mojokerto ke Tajinan karena dinas, begitu juga bapak Benowo yang berasal dari Sumbermanjing Wetan. Pada tahun 1938 di desa Randugading Kecamatan Tajinan ada kelompok orang-orang Kristen yang merupakan buah Pekabaran Injil Siswa Balewiyata. Yang menjadi pimpinan adalah 

Bapak Angkas yang bersuku Madura.

Perkembangan agama Kristen di daerah Tajinan bertambah semarak. Berkat pelayanan rutin dari Pasamuwan Malang (Talun), malah sempat mengadakan perayaan Natal. Lambat laun perkembangan agama Kristen di Tajinan surut, sebab ada warga yang pindah dinasnya yaitu keluarga bapak Sedyardjo ke Bululawang dan ada yang meninggal dunia. 

Namun pelayanan masih tetap dilaksanakan seperti biasanya.

Tahun 1936 di Bululawang didirikan Poliklinik Kristen (Balai Pengobatan Kristen/BPK) dengan perawatnya bapak Anom dan Bidannya ibu Mrj. Anom. Perkembangan orang-orang Kristen di Bululawang makin bertambah, lebih-lebih di Krebet (Karyawan Pabrik Gula) dan juga banyak pegawai yang pindah ke Bululawang. Sehingga kelompok Kristen Bululawang diresmikan menjadi Pepanthan yang dilayani oleh Pasamuwan Malang (Talun). Ini terjadi sekitar tahun 1942. saat itu kebaktian berpindah pindah dari rumah satu ke rumah lain. Kedatangan tentara Jepang menyebabkan Pepanthan Bululawang tidak bebas beribadah dan mendapatkan tekanan-tekanan, sehingga banyak warga Pepanthan yang meninggalkan Bululawang karna tidak berani berbakti dan tidak sedikit yang meninggalkan Tuhan (bagaikan anak ayam kehilangan induknya).

Setelah keadaan mereda, kembalilah keluarga-keluarga Kristen tersebut ke Bululawang dan Krebet. Keluarga-keluarga Kristen inilah yang berkeinginan untuk mempunyai rumah Ibadah tetap, meskipun berada di rumah salah satu warga Pepanthan. Akhirnya keinginan tersebut dijawab Tuhan dengan menempati rumah 

Bapak Titus Djalimun sebagai rumah Ibadah tetap yaitu di Krebet Senggrong.

Perkembangan umat Kristen di Bululawang berkembang pesat karena pelayanan rutin dari Pasamuwan Malang dan sesekali dilayani oleh bapak Pendeta Alex Pranoto yang juga mengadakan perkunjungan ke Majangtengah. Tahun 1960 perkembangan Pepanthan Bululawang bertambah besar,disebabkan oleh banyaknya warga Kristen yang pindah ke Bululawang karena dinas terutama yang bekerja dalam bidang kesehatan (Tenaga Medis)

Pada waktu itu, yang menjadi Tua-tua Pepanthan Bululawang adalah:

1. Bpk, Sedyardjo
2. Bpk. Benowo Astro
3. Bpk. Yarman
4. Bpk. Asmanoe
5. Bpk. R. PS. Prawirosudirdjo
6. Bpk. S. Prasetyoadi

Kebaktian Minggu dilayani oleh Bpk. Pdt. Mardjo Sir, Bpk. Pdt. Wignjodihardjo, dan Bpk. Pdt. Ardjotanojo, ketiganya berasal dari Pasamuwan Malang (Talun)

Pada Tahun 1961, Pepanthan Bululawang ingin memiliki rumah Ibadah sendiri. Tuhan menjawab keinginan Pepanthan Bululawang melalui salah satu keluarga yang bersedia merelakan tanahnya yang berukuran 22m x 10m untuk didirikan rumah ibadah, meskipun dengan cara membeli tanah tersebut. Dengan usaha yang tanpa menyerah dan doa yang sungguh-sungguh, berdirilah sebuah gedung Gereja dengan ukuran 13m x 7m, yang memakan biaya kurang lebih Rp. 88.000 dengan dana swadaya warga. 

Pembangunan gedung gereja juga dilakukan secara bergotong royong.

Pada hari Minggu wage, tanggal 28 Oktober 1962, diresmikanlah gedung Gereja tersebut sebagai sarana untuk berbakti secara tetap. Sedangkan yang meresmikan gedung Gereja tersebut sebagai tempat ibadah tetap ialah : 

Bpk. Pdt. Wignjodihardjo, dari Pasamuwan Malang (Talun).

Selama kurang lebih 3 tahun, melalui peninjauan klasis dan dengan pertimbangan-pertimbangan lain, maka pepanthan Bululawang diresmikan menjadi Pasamuwan Bululawang. Peristiwa ini terjadi pada hari Minggu Pahing tanggal 30 Mei 1965. Adapun yang ditahbiskan menjadi pendeta pertama di Pasamuwan Bululawang adalah: 

Bpk. Pdt. M. Agustinus (1966 - 1970 ).

Pendeta-pendeta baku yang pernah melayani di Pasamuwan Bululawang adalah :

1. Pdt. Palgunadi  (1970 - 1974)
2. Pdt. S. Sadi (1974 - 1977)
3. Pdt. Soepeno Lewi, Sm.Th (1977 - 1994)
4. Pdt. Soeprajitno Sm.Th (1994 - 2004)
5. Pdt. Eko Susilowati, S.Si (2004- sekarang)

Karya Tuhan terus bekerja di Jemaat Bululawang, sehingga terus berkembang dan berdirilah sebuah lembaga pendidikan prasekolah yang diberi nama "Taman Kanak-kanak IMMANUEL" dengan tenaga pengajar:

• Ibu R. Soepartinah
• Ibu Sukesi
• Ibu Sih Dyani

Yayasan pendidikan TK IMMANUEL tersebut bergerak dibawah kepengurusan Bpk. S. Hadi Susanto, Bpk. Hadi Virmanoe, dan Bpk. Dwidjoworo. Namun sayang, dikarenakan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, maka Yayasan Sekolah Kristen  "Taman Kanak-Kanak IMMANUEL" tersebut ditutup pada tahun 1996.

Demikian sejarah singkat berdirinya

GREJA KRISTEN JAWI WETAN JEMAAT BULULAWANG.

Tuhan Memberkati.